<meta name='google-adsense-platform-account' content='ca-host-pub-1556223355139109'/> <meta name='google-adsense-platform-domain' content='blogspot.com'/> <!-- --><style type="text/css">@import url(https://www.blogger.com/static/v1/v-css/navbar/3334278262-classic.css); div.b-mobile {display:none;} </style> </head><body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d12914685\x26blogName\x3dMending+my+Scattered+Brain\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dTAN\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://scttrd-brain.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://scttrd-brain.blogspot.com/\x26vt\x3d4262338627625089593', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>


Memento...#1

25.8.06


This, would be my first Memento.

As its real definition : A Memento is a reminder of past events, so will be my posts in Memento.

I believe, Our brain defragmant itself. It partitions, getting rid of those memories never recalled, and put front those memories actively used. Oh. I wouldn't get my brain cleanswept though. Those which never been recalled, hopefully remains. as mementoes. But in case it really fades, then here it is.

This is anyway what my blog meant to be in the first place. To be a brain defragmanter. Remember?


My first memento would be....about my grandfather.

"Nduk...", mendengar yangkung* memanggil, kaki-kaki kecilku melangkah ke halaman belakang. Tak lupa memakai sendalku yang pet-pot-pet-pot bunyinya. Favoritku. Favorit anak umur 5 tahun.**

Waktu itu masih sangat pagi, yang kuingat, Langit masih berwarna biru. Biru. Biru tua. Senang sekali aku bernafas lewat mulut, karena setiap kepulan uap yang dihasilkan...rasanya...ajaib. Waktu itu.

Aktivitas hari itu adalah rutinitas pagi yangkung. Beliau memelihara beberapa ekor ayam. Ayam jago. Ada beberapa kalau tidak salah. masing-masing di sebuah sangkar yang besar. Menurutku. Waktu itu.

Berbekal kantong keresek yang cukup besar--Oh, percayalah, semuanya terasa sangat besar waktu itu!--kami melenggang keluar rumah. Rumah itu. Hamid Rusdi 131 Malang. Hanya menyebrang jalan, kami memasuki hutan. (Minimal, dulu itu berasa seperti hutan), Hutan yang dipenuhi oleh pohon-pohon pisang. Pohon-pohon pisang yang daunnya menggelung. Yak. Menggelung. Aku tidak pernah lagi menemukan--atau mencari--daun pisang yang menggelung sekarang-sekarang ini. Mungkin akan kucoba cari. Nanti.

Mataku terkagum-waktu waktu yangkung membuka gelungan daun pisang yang besar itu dan sekonyong-konyong seekor ulat berwarna putih menggelontor dari dalamnya. Menggeliat, resah. Seperti ada tangan raksasa besar yang menyingkap selimut hangatnya. Ulat itu besar. BESAR. Kenyal. Nampak seperti moci dipotong2. Bertepung di badannya. Persis seperti moci. Nyam. Tetap menggeliat, ulat itu dimasukkan ke dalam kantong keresek. Buka gelungan lain, ambil ulatnya. Buka lagi, ambil ulatnya...

Menyusuri hutan pohon pisang, banyak gelungan daun kami buka, kadang ada isinya--Besar seperti moci panjang, menggeliat-geliat resah--, kadang kosong. Mungkin lagi kebelakang. Ulatnya. Ritual Pagi.

Entah kenapa, begitu banyak ulat yang kami ambil setiap hari, pada keesokan harinya gelungan-gelungan daun ulat itu tetap ada dimana-mana.

Aku selalu senang berjalan-jalan pagi dengan yangkung. Menapaki rumput gajah di lapangan yang embunnya yang berkilauan diterpa mentari pagi, berlari-lari kecil, sekedar membuat kakiku basah. Rumput menempel disana sini. Segar. Memasuki hutan. dan keluar menemukan langit yang sedikit lebih terang warnanya....

Yangkung yang aku ingat adalah sosok yang kalem, tak banyak berkata-kata. Tapi telah menjadi inspirasiku selama ini. Teladanku dalam mengambil tindakan. Bersikap. Berpendirian. Hebatnya, selalu dalam kebenaran, sesuai dengan namanya, Yahdi.

Kangen rasanya, mengingat kebiasaannya menjilat telingaku. Geli. atau Bergaya memainkan piano dari tulang rusukku yang menyembul-nyembul. Waktu itu Lho. Ehm, atau pijatan a la yangkung : melipat-lipat kulit punggung. Nyeri tapi berasa. Teknik yang kuadopsi sampai sekarang kalau lagi berkesempatan memijat orang.


Hhhh...


Memento ini menjadi penting saat-saat sekarang. Karena kuingat ucapannya diakhir-akhir hayatnya. 7 tahun yang lalu.

"...Yangkung ingin liat kamu wisuda dulu..."...


.........


* )Yangkung : Eyang Kakung : Kakek : Granpa : GrandPere : Opa : Aki
**)Anak 5 tahun jaman sekarang pun, aku yakin masih suka dengan model sendal pet-pot-pet-pot ini. Everlasting fashion.

posted by scttrBrain
12:41 AM

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

memento, terimakasih untuk tambahan perbendaharaan kata. tapi mungkin lima menit lagi akan lupa. mungkin bener gw juga bakal butuh memento. btw, pas gw baca apa itu memento yang gw inget adalah baskom yang ada di novel harry potter, yang suka dipake mbah dumby buat nyimpen memori nya. apa yah namanya? tuh kan pelupa..... ternyata di dunia ini memang ada sihir.
Deni
Ntah dimana, ntah papa

25/8/06 8:45 AM  

Post a Comment

<< Home


. m . e . m . e . n . t . o .

Plurk.com






JavaScript hit counter